Langsung ke konten utama

Khutbah Kitab Al-Mahalli

ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺇﻧْﻌَﺎﻣِﻪِ
ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺁﻟِﻪِ ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ
ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﺩَﻋَﺖْ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﺣَﺎﺟَﺔُ ﺍﻟْﻤُﺘَﻔَﻬِّﻤِﻴﻦَ ﻟِﻤِﻨْﻬَﺎﺝِ ﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ
ﻣِﻦْ ﺷَﺮْﺡٍ ﻳُﺤِﻞُّ ﺃَﻟْﻔَﺎﻇَﻪُ ﻭَﻳُﺒَﻴِّﻦُ ﻣُﺮَﺍﺩَﻩُ ، ﻭَﻳُﺘَﻤِّﻢُ
ﻣُﻔَﺎﺩَﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺟْﻪٍ ﻟَﻄِﻴﻒٍ ﺧَﺎﻝٍ ﻋَﻦْ ﺍﻟْﺤَﺸْﻮِ
ﻭَﺍﻟﺘَّﻄْﻮِﻳﻞِ ﺣَﺎﻭٍ ﻟِﻠﺪَّﻟِﻴﻞِ ﻭَﺍﻟﺘَّﻌْﻠِﻴﻞِ 

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji bagi Allah atas memberi nikmatNya dan shalawat dan salam atas panghulu kita nabi Muhammad dan keluarganya dan sahabatnya, ini sesuatu yang diseru kepadanya oleh kebutuhan sejumlah orang yang ingin memahami minhaj fiqih  ﻣﻨﻬﺎﺝ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ  dari sebuah syarah yang mengurai ia syarah akan segala lafadhnya minhaj fiqih  dan menjelas ia syarah akan segala muradnya dan menyempurna ia akan segala faedahnya atas bentuk yang kecil, yang sunyi ia syarah dari tidak beraturan dan bertele-tele, yang meliputi ia bagi dalil dan i’lat ﺍﻟْﺤَﺸْﻮِ dan ﺍﻟﺘَّﻄْﻮِﻳﻞِ yang dimaksud adalah makna istilah ilmu ma’ani

ﻭَﺍَﻟﻠَّﻪَ ﺃَﺳْﺄَﻝُ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻔَﻊَ ﺑِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﺣَﺴْﺒِﻲ ﻭَﻧِﻌْﻢَ ﺍﻟْﻮَﻛِﻴﻞُ
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤُﺼَﻨِّﻒُ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ‏( ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ ‏) ﺃَﻱْ ﺃَﻓْﺘَﺘِﺢُ ‏( ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ‏) ﻫِﻲَ ﻣِﻦْ ﺻِﻴَﻎِ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪِ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟْﻮَﺻْﻒُ ﺑِﺎﻟْﺠَﻤِﻴﻞِ ﺇﺫْ ﺍﻟْﻘَﺼْﺪُ ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟﺜَّﻨَﺎﺀُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑِﻤَﻀْﻤُﻮﻧِﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﻧَّﻪُ ﻣَﺎﻟِﻚٌ ﻟِﺠَﻤِﻴﻊِ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪِ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺨَﻠْﻖِ ﺃَﻭْ ﻣُﺴْﺘَﺤِﻖٌّ ﻟِﺄَﻥْ ﻳَﺤْﻤَﺪُﻭﻩُ ﻟَﺎ ﺍﻟْﺈِﺧْﺒَﺎﺭُ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ‏( ﺍﻟْﺒَﺮِّ ‏) ﺑِﺎﻟْﻔَﺘْﺢِ ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻤُﺤْﺴِﻦِ ‏( ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﺩِ ‏) ﺑِﺎﻟﺘَّﺨْﻔِﻴﻒِ ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻜَﺜِﻴﺮِ ﺍﻟْﺠُﻮﺩِ ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻌَﻄَﺎﺀِ ‏( ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺟَﻠَّﺖْ ‏) ﺃَﻱْ ﻋَﻈُﻤَﺖْ ‏( ﻧِﻌَﻤُﻪُ ‏) ﺟَﻤْﻊُ ﻧِﻌْﻤَﺔٍ ﺑِﻤَﻌْﻨَﻰ ﺇﻧْﻌَﺎﻡٍ ‏( ﻋَﻦْ ﺍﻟْﺈِﺣْﺼَﺎﺀِ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟﻀَّﺒْﻂِ ‏( ﺑِﺎﻟْﺄَﻋْﺪَﺍﺩِ ‏) ﺃَﻱْ ﺑِﺠَﻤِﻴﻌِﻬَﺎ

dan akan Allah aku memohon akan bahwa memberi manfaat ia Allah dengannya syarah, dan dianya Allah itu yang maha mencukupi dan sebaik tempat berserah diri, berkatalah pengarang kitab  imam An-nawawi  semoga merahmati akannya oleh Allah ta’ala ( dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang ) artinya aku membuka ( segala puji bagi Allah ) dianya ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪ itu sebahagian dari bentuk pujian dan dianya pujian itu mensifati dengan ke elokan karena maksud dengannya ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ itu memuji atas Allah dengan kandunganya ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ dari pada bahwa Allah itu pemilik bagi sekalian pujian dari makhluk atau itu yang berhak bagi bahwa memuji oleh mereka makhluk akannya Allah, bukan  maksudnya ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ  itu mengabarkan dengan demikian pujian ( yang berbuat baik ia Allah )  ﺍﻟْﺒَﺮِّ dibaca  dengan fatah  huruf ﺏ  artinya yang berbuat baik ( yang maha pemberi ia Allah )  ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﺩِ dibaca dengan takhfif artinya yang banyak ﺟُﻮﺩِ artinya memberi (allazi yang tinggilah ) artinya yang besarlah ( segala nikmatnya)  kata ﻧِﻌَﻢُ  itu jamak dari kata ﻧِﻌْﻤَﺔٍ dengan makna memberi ( jauh dari dapat mengukur ) artinya membatasi ( dengan sejumlah bilangan ) artinya dengan segala bilangan.

‏(  ﻭَﺇِﻥْ ﺗَﻌُﺪُّﻭﺍ ﻧِﻌْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﺗُﺤْﺼُﻮﻫَﺎ ‏) ‏( ﺍﻟْﻤَﺎﻥِّ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻤُﻨْﻌِﻢِ ‏( ﺑِﺎﻟﻠُّﻄْﻒِ ‏) ﺃَﻱْ ﺑِﺎﻟْﺈِﻗْﺪَﺍﺭِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻄَّﺎﻋَﺔِ ‏( ﻭَﺍﻟْﺈِﺭْﺷَﺎﺩِ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻬِﺪَﺍﻳَﺔِ ﻟَﻬَﺎ ‏( ﺍﻟْﻬَﺎﺩِﻱ ﺇﻟَﻰ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﺮَّﺷَﺎﺩِ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟﺪَّﺍﻝِ ﻋَﻠَﻰ ﻃَﺮِﻳﻘِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﺿِﺪُّ ﺍﻟْﻐَﻲِّ ‏( ﺍﻟْﻤُﻮَﻓِّﻖِ ﻟِﻠﺘَّﻔَﻘُّﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻤُﻘْﺪِﺭِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺘَّﻔَﻬُّﻢِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺸَّﺮِﻳﻌَﺔِ ‏( ﻣَﻦْ ﻟَﻄَﻒَ ﺑِﻪِ ‏) ﺃَﻱْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺑِﻪِ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَ ‏( ﻭَﺍﺧْﺘَﺎﺭَﻩُ ‏) ﻟَﻪُ ‏( ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩِ ‏) ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺄْﺧُﻮﺫٌ ﻣِﻦْ ﺣَﺪِﻳﺚِ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺤَﻴْﻦِ  ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩْ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳن

( dan jika kalian menghitung akan nikmat Allah, niscaya tidak sanggup kalian menghitung akanya nikmat Allah ) ( yang maha pemberi ia Allah ) artinya yang memberi nikmat ia Allah ( dengan lembut ) artinya dengan memberi kesanggupan atas keta’atan ( dan dengan petunjuk ) artinya hidayah kepadanya keta’atan ( yang menunjuki ia Allah kepada jalan terpetunjuk ) artinya yang menunjuki ia Allah atas jalannya petunjuk, dan dianya petunjuk itu lawan sesat ( yang memberi taufiq ia Allah bagi memahami pada agama ) artinya yang menguasakan ia Allah atas memahami dalam syariat ( akan orang yang berlemah lembut ia Allah dengannya orang ) artinya yang mengkehendaki ia Allah dengannya orang akan kebaikan ( dan memilih ia Allah akannya orang) baginya kebaikan ( dari segala hamba ) ini, itu difahami dari hadits sahihaini  riwayat imam Bukhari dan imam Muslim (orang yang berkehendak oleh allah dengannya orang akan kebaikan, niscaya memberi faham ia allah akannya orang dalam agama)

‏( ﺃَﺣْﻤَﺪُﻩُ ﺃَﺑْﻠَﻎَ ﺣَﻤْﺪٍ ‏) ﺃَﻱْ ﺃَﻧْﻬَﺎﻩُ ‏( ﻭَﺃَﻛْﻤَﻠَﻪُ ﻭَﺃَﺯْﻛَﺎﻩُ ‏) ﺃَﻱْ ﺃَﻧْﻤَﺎﻩُ ‏( ﻭَﺃَﺷْﻤَﻠَﻪُ ‏) ﺃَﻱْ ﺃَﻋَﻤَّﻪُ , ﺍﻟْﻤَﻌْﻨَﻰ ﺃَﺻِﻔُﻪُ ﺑِﺠَﻤِﻴﻊِ ﺻِﻔَﺎﺗِﻪِ ﺇﺫْ ﻛُﻞٌّ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺟَﻤِﻴﻞٌ ﻭَﺍﻟْﻘَﺼْﺪُ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺇﻳﺠَﺎﺩُ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪِ ﺍﻟْﻤَﺬْﻛُﻮﺭِ ، ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﺑْﻠَﻎُ ﻣِﻦْ ﺣَﻤْﺪِﻩِ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻝِ ، ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﺃَﻭْﻗَﻊُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﻔْﺲِ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﺗَﻔْﺼِﻴﻠُﻪُ ﻭَﻓِﻲ ﺣَﺪِﻳﺚِ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻭَﻏَﻴْﺮِﻩِ  ﺇﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻨُﻪُ  ﺃَﻱْ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ، ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﻣُﺴْﺘَﺤِﻖٌّ ﻟِﻠْﺤَﻤْﺪِ

( aku memuji akan Allah akan semubalaghah pujian) artinya akan sehabisnya pujian ( dan akan sesempurnanya pujian dan akan sebersihnya pujian ) artinya akan semakin bertambahnya pujian ( dan akan selengkapnya pujian ) artinya seumum – umumnya pujian, bermula makna itu aku sifati akannya Allah dengan segala sifatNya, karena setiap dari segala sifat itu elok, dan maksud dengan demikian mensifati itu mencipta pujian yang disebutkan, dan dianya memuji  dengan ﺃَﺣْﻤَﺪُﻩُ  itu lebih mubalaghah dari memujinya musannif pada permulaan, dan demikian  memuji dengan ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ  itu lebih teresapi dalam jiwa dari segi terperincinya pujian. dan tersebut didalam hadits riwayat imam Muslim dan lainya, itu ﺇﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻨُﻪُ artinya kami memuji akannya Allah, karena bahwa sungguhnya Allah itu yang berhak bagi pujian.

‏( ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ‏) ﺃَﻱْ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ‏( ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇﻟَﻪَ ‏) ﻟَﺎ ﻣَﻌْﺒُﻮﺩَ ﺑِﺤَﻖٍّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻮُﺟُﻮﺩِ ‏( ﺇﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ‏) ﺍﻟْﻮَﺍﺟِﺐُ ﺍﻟْﻮُﺟُﻮﺩِ ‏( ﺍﻟْﻮَﺍﺣِﺪُ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻟَﺎ ﺗَﻌَﺪُّﺩَ ﻟَﻪُ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻨْﻘَﺴِﻢُ ﺑِﻮَﺟْﻪٍ ، ﻭَﻟَﺎ ﻧَﻈِﻴﺮَ ﻟَﻪُ ، ﻓَﻠَﺎ ﻣُﺸَﺎﺑَﻬَﺔَ ﺑَﻴْﻨَﻪُ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﻏَﻴْﺮِﻩِ ﺑِﻮَﺟْﻪٍ ‏( ﺍﻟْﻐَﻔَّﺎﺭُ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟﺴَّﺘَّﺎﺭُ ﻟِﺬُﻧُﻮﺏِ ﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﻈْﻬِﺮُﻫَﺎ ﺑِﺎﻟْﻌِﻘَﺎﺏِ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ، ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻘُﻞْ ﺍﻟْﻘَﻬَّﺎﺭُ ﺑَﺪَﻝَ ﺍﻟْﻐَﻔَّﺎﺭِ ﻟِﺄَﻥَّ ﻣَﻌْﻨَﻰ ﺍﻟْﻘَﻬْﺮِ ﻣَﺄْﺧُﻮﺫٌ ﻣِﻤَّﺎ ﻗَﺒْﻠَﻪُ ﺇﺫْ ﻣِﻦْ ﺷَﺄْﻥِ ﺍﻟْﻮَﺍﺣِﺪِ ﻓِﻲ ﻣُﻠْﻜِﻪِ ﺍﻟْﻘَﻬْﺮُ .

( dan aku bersaksi ) artinya aku meyakini ( akan bahwa tiada tuhan ) tiada yang disembah dengan sebenarnya pada kenyataan ( kecuali Allah ) yang wajib wujud ( yang satu ) artinya allazi yang tiada berbilang-bilang bagiNya, maka tiada terbagi ia Allah dengan satu sisi pun dan tiada bandingan baginya Allah, maka tiada persamaan diantaranya Allah dan diantara lainya Allah dengan satu sisi pun ( yang maha pengampun ) artinya yang menutupi ia Allah bagi segala dosa orang yang mengkehendaki ia Allah dari pada segala hambanya yang mukmin mereka itu, maka tiada memperlihat ia Allah akan segala dosa dengan menyiksa atas segala dosa, dan tiada berkata ia musannif dengan kalimat  ﺍﻟْﻘَﻬَّﺎﺭُ  sebagai pengganti  ﺍﻟْﻐَﻔَّﺎﺭِ  karena bahwa sungguh makna ﺍﻟْﻘَﻬَّﺎﺭُ difahami dari perkara sebelumnya, karena dari pada kedudukan
ﺍﻟْﻮَﺍﺣِﺪِ pada segala miliknya itu ﺍﻟْﻘَﻬْﺮُ .

‏( ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ ﺍﻟْﻤُﺼْﻄَﻔَﻰ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺎﺭُ ‏) ﺃَﻱْ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻟِﻴَﺪْﻋُﻮَﻫُﻢْ ﺇﻟَﻰ ﺩِﻳﻦِ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ‏( ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ ﻭَﺳَﻠَﻢ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺯَﺍﺩَﻩُ ﻓَﻀْﻠًﺎ ﻭَﺷَﺮَﻓًﺎ ﻟَﺪَﻳْﻪِ ‏) ﺃَﻱْ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻭَﺍﻟْﻘَﺼْﺪُ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﺃَﻱْ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺯِﺩْﻩُ . ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﺘَّﺸَﻬُّﺪَ ﻟِﺤَﺪِﻳﺚِ ﺃَﺑِﻲ ﺩَﺍﻭُﺩ ﻭَﺍﻟﺘِّﺮْﻣِﺬِﻱِّ  ﻛُﻞُّ ﺧُﻄْﺒَﺔٍ ﻟَﻴْﺲَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺗَﺸَﻬُّﺪٌ ﻓَﻬِﻲَ ﻛَﺎﻟْﻴَﺪِ ﺍﻟْﺠَﺬْﻣَﺎﺀِ ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴﻠَﺔِ ﺍﻟْﺒَﺮَﻛَﺔِ

( dan aku bersaksi akan bahwa sungguh Muhammad itu hambanya Allah dan rasulNya yang terpilih, yang dipilih ) dari manusia, supaya menyeru ia Muhammad akan mereka itu manusia kepada agama Islam ( merahmati oleh Allah dan mensejahterai ia atasnya Muhammad, dan melebih ia Allah akannya Muhammad nisbah kelebihan dan kemuliaan bagi sisinya Allah ) artinya disisinya Allah, dan maksud dengan demikian  ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ ﻭَﺳَﻠَﻢ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺯَﺍﺩَﻩُ ﻓَﻀْﻠًﺎ ﻭَﺷَﺮَﻓًﺎ ﻟَﺪَﻳْﻪِ  itu do'a, artinya ya Allah berilah rahmat dan sejahtera atasnya Muhammad dan berilah kelebihan akannya Muhammad, menyebut ia musannif akan tasyahud karena hadits imam Abu Daud dan Imam Tirmizi ( setiap khutbah yang tiada padanya itu tasyahud maka dianya khutbah seperti tangan yang kusta ) artinya sedikit keberkatan.

‏( ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ ‏) ﺃَﻱْ ﺑَﻌْﺪَﻣَﺎ ﺗَﻘَﺪَّﻡَ ‏( ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟِﺎﺷْﺘِﻐَﺎﻝَ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ ‏) ﺍﻟْﻤَﻌْﻬُﻮﺩِ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﺍﻟﺼَّﺎﺩِﻕِ ﺑِﺎﻟْﻔِﻘْﻪِ ﻭَﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻭَﺍﻟﺘَّﻔْﺴِﻴﺮِ ‏( ﻣِﻦْ ﺃَﻓْﻀَﻞِ ﺍﻟﻄَّﺎﻋَﺎﺕِ ‏) ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻣَﻔْﺮُﻭﺿَﺔٌ ﻭَﻣَﻨْﺪُﻭﺑَﺔٌ . ﻭَﺍﻟْﻤَﻔْﺮُﻭﺽُ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻤَﻨْﺪُﻭﺏِ ، ﻭَﺍﻟِﺎﺷْﺘِﻐَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻣِﻨْﻪُ ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﻓَﺮْﺽُ ﻛِﻔَﺎﻳَﺔٍ ، ﻭَﻓِﻲ ﺣَﺪِﻳﺚٍ ﺣَﺴَّﻨَﻪُ ﺍﻟﺘِّﺮْﻣِﺬِﻱُّ  ﻓَﻀْﻞُ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻢِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻌَﺎﺑِﺪِ ﻛَﻔَﻀْﻠِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺩْﻧَﺎﻛُﻢْ  ‏( ﻭَ ‏) ﻣِﻦْ ‏( ﺃَﻭْﻟَﻰ ﻣَﺎ ﺃُﻧْﻔِﻘَﺖْ ﻓِﻴﻪِ ﻧَﻔَﺎﺋِﺲُ ﺍﻟْﺄَﻭْﻗَﺎﺕِ ‏) ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩَﺍﺕُ ﺷَﺒَّﻪَ ﺷَﻐْﻞَ ﺍﻟْﺄَﻭْﻗَﺎﺕِ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺼَﺮْﻑِ ﺍﻟْﻤَﺎﻝِ ﻓِﻲ ﻭُﺟُﻮﻩِ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﺍﻟْﻤُﺴَﻤَّﻰ ﺑِﺎﻟْﺈِﻧْﻔَﺎﻕِ ، ﻭَﻭَﺻَﻒَ ﺍﻟْﺄَﻭْﻗَﺎﺕَ ﺑِﺎﻟﻨَّﻔَﺎﺳَﺔِ ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳُﻤْﻜِﻦُ ﺗَﻌْﻮِﻳﺾُ ﻣَﺎ ﻳَﻔُﻮﺕُ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺑِﻠَﺎ ﻋِﺒَﺎﺩَﺓٍ ، ﻭَﺃَﺿَﺎﻑَ ﺇﻟَﻴْﻬَﺎ ﺻِﻔَﺘَﻬَﺎ ﻟِﻠﺴَّﺠْﻊِ ، ﻭَﻗَﺪْ ﻳُﻘَﺎﻝُ : ﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﺇﺿَﺎﻓَﺔِ ﺍﻟْﺄَﻋَﻢِّ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﺄَﺧَﺺِّ ﻛَﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻟْﺠَﺎﻣِﻊِ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺼِﺢُّ ﻋَﻄْﻒُ ﺃَﻭْﻟَﻰ ﻋَﻠَﻰ ﻣِﻦْ ﺃَﻓْﻀَﻞِ ﻟِﻠﺘَّﻨَﺎﻓِﻲ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺘَّﻘْﺪِﻳﺮِ

( adapun setelahnya ) artinya setelah perkara yang telah terdahulu ia perkara  pujian dan shalawat (maka sungguh bergelut dengan ilmu) yang maklum dalam agama, yang terbenar ia ilmu dengan fiqah dan hadits dan tafsir ( itu dari pada seutama segala keta’atan) karena bahwa sungguhnya keta’atan itu diwajibkan dan disunnatkan, dan yang diwajibkan itu lebih utama dari yang disunnatkan, dan bergelut dengan ilmu itu sebahagian dari padanya yang diwajibkan, karena bahwa sungguhnya bergelut itu fardhu kifayah, dan dalam hadits yang meng hassan akanya hadish oleh Imam Titmizizi ( kelebihan orang yang alim atas orang yang beribadah itu seperti kelebihan aku atas serendah martabat dari kamu ( dan ) dari ( seaula perkara yang diberikan padanya akan segala waktu yang bagus ) dan dianya perkara yang diberikan padanya waktu itu ibadah, diserupakan akan menggunakan segala waktu dengan ibadah, dengan menggunakan harta pada segala arah kebaikan, yang dinamakan akanya menggunakan harta, dengan infaq , dan mensifati ia musannif akan ﺍﻟْﺄَﻭْﻗَﺎﺕِ dengan ﻧَﻔَﺎﺋِﺲُ , karena bahwa sungguhnya hal wal syaan tidak mungkin lah mengganti perkara yang luput ia perkara dari padanya segala waktu dengan tiada beribadah, dan mengidhafah ia musannif kepadanya ﺍﻟْﺄَﻭْﻗَﺎﺕِ akan sifatnya  ﻧَﻔَﺎﺋِﺲُ  karena ﺳَّﺠْﻊِ dan terkadang dikatakan orang dianya idhafah itu dari pada idhafah umum kepada khusus, seperti idhafah ﻣَﺴْﺠِﺪِ kepada ﺍﻟْﺠَﺎﻣِﻊِ , dan tiada sah meng’atafﺃَﻭْﻟَﻰ atas ﻣِﻦْ ﺃَﻓْﻀَﻞِ karena berlawanan diantara keduanya  ﺃَﻭْﻟَﻰ dan ﻣِﻦْ ﺃَﻓْﻀَﻞِ  atas ini takdir, hassan dimaksud makna istilah ilmu musthalah hadits dan ﺳَّﺠْﻊِ dimaksud makna istilah ilmu badi’ dan
maksud mensifati ﺍﻟْﺄَﻭْﻗَﺎﺕِ dengan ﻧَﻔَﺎﺋِﺲُ adalah kedudukan dasarnya sebelum berbentuk idhafah karena memelihara ﺳَّﺠْﻊِ

‏( ﻭَﻗَﺪْ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑُﻨَﺎ ﺭَﺣِﻤَﻬُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺘَّﺼْﻨِﻴﻒِ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻤَﺒْﺴُﻮﻃَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺼَﺮَﺍﺕِ ‏) ﻓِﻲ ﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ ﻭَﺍﻟﺼُّﺤْﺒَﺔُ ﻫُﻨَﺎ ﺍﻟِﺎﺟْﺘِﻤَﺎﻉُ ﻓِﻲ ﺍﺗِّﺒَﺎﻉِ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ ﺍﻟْﻤُﺠْﺘَﻬِﺪِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﻳَﺮَﺍﻩُ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄَﺣْﻜَﺎﻡِ ﻣَﺠَﺎﺯًﺍ ﻋَﻦْ ﺍﻟِﺎﺟْﺘِﻤَﺎﻉِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌَﺸَﺮَﺓِ ‏( ﻭَﺃَﺗْﻘَﻦُ ﻣُﺨْﺘَﺼَﺮٍ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭُ ﻟِﻠْﺈِﻣَﺎﻡِ ﺃَﺑِﻲ ﺍﻟْﻘَﺎﺳِﻢ ‏) ﺇﻣَﺎﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳﻢِ ‏( ﺍﻟﺮَّﺍﻓِﻌِﻲِّ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ‏) ﻣَﻨْﺴُﻮﺏٌ ﺇﻟَﻰ ﺭَﺍﻓِﻊِ ﺑْﻦِ ﺧَﺪِﻳﺞٍ ﺍﻟﺼَّﺤَﺎﺑِﻲِّ ﻛَﻤَﺎ ﻭُﺟِﺪَ ﺑِﺨَﻄِّﻪِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺣَﻜَﻰ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ‏( ﺫِﻱ ﺍﻟﺘَّﺤْﻘِﻴﻘَﺎﺕِ ‏) ﺍﻟْﻜَﺜِﻴﺮَﺓِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺪْﻗِﻴﻘَﺎﺕِ ﺍﻟْﻐَﺰِﻳﺮَﺓِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ , ﻣِﻦْ ﻛَﺮَﺍﻣَﺎﺗِﻪِ ﻣَﺎ ﺣُﻜِﻲَ ﺃَﻥَّ ﺷَﺠَﺮَﺓً ﺃَﺿَﺎﺀَﺕْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻟَﻤَّﺎ ﻓَﻘَﺪَ ﻭَﻗْﺖَ ﺍﻟﺘَّﺼْﻨِﻴﻒِ ﻣَﺎ ﻳُﺴْﺮِﺟُﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ

( dan sungguh memperbanyak oleh para ashab kami, semoga dirahmati mereka itu oleh Allah, dari mengarang dari sejumlah kitab yang luas pembahasannya dan sejumlah kitab ringkasan ) pada ilmu fiqh. dan ﺍﻟﺼُّﺤْﺒَةُ disini itu berhimpun pada mengikuti imam mujtahid pada perkara yang berpendapat ia imam mujtahid akanya perkara dari segala hukum, hal keadaannya  ﺍﻟﺼُّﺤْﺒَﺔُ dengan makna mengikuti pendapat mujtahid  itu majaz dari berhimpun dalam pergaulan ( dan yang terlebih kokoh mukhtasar itu ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭُ bagi Imam Abi Al-Qaasim ) Imamuddin Abdulkarim ( Ar-Rafi’e, semoga merahmati akannya Ar-rafi’e oleh Allah ta’ala ) dibangsakan kepada ﺭَﺍﻓِﻊِ ﺑْﻦِ ﺧَﺪِﻳﺞٍ ﺍﻟﺼَّﺤَﺎﺑِﻲِّ seperti diperdapati dengan tulisannya Ar-Rafi’e pada perkara yang menghikayah ia musannif , semoga dirahmati akannya Ar-Rafi’e oleh Allah ( yang memiliki sejumlah tahqiqah ) yang banyak pada ilmu dan yang memiliki sejumlah tadqiqah yang mendalam ia tadqiqah pada agama, sebahagian dari kemuliaanya Imam Rafi’e itu perkara yang dihikayahkah orang akan bahwa sungguh ranting kayu bercahaya ia atasnya Imam Ar-Rafi’e manakala tiada pada waktu mengarang oleh bahan yang menerangi ia akannya Imam Ar-Rafi’e atasnya mengarang.
ﺍﻟﺘَّﺤْﻘِﻴﻖُ adalah menyebut hukum dengan menyebut dalil atau i’lat beserta menolak qawadeh dan ﺍﻟﺘَّﺪْﻗِﻴﻖُ adalah menyebut dalil hukum dengan menyebut dalinya dalil hukum

‏( ﻭَﻫُﻮَ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭُ ‏( ﻛَﺜِﻴﺮُ ﺍﻟْﻔَﻮَﺍﺋِﺪِ ﻋُﻤْﺪَﺓٌ ﻓِﻲ ﺗَﺤْﻘِﻴﻖِ ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐِ ‏) ﺃَﻱْ ﻣَﺎ ﺫَﻫَﺐَ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲُّ ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑُﻪُ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄَﺣْﻜَﺎﻡِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺋِﻞِ ﻣَﺠَﺎﺯًﺍ ﻋَﻦْ ﻣَﻜَﺎﻥِ ﺍﻟﺬَّﻫَﺎﺏِ ‏( ﻣُﻌْﺘَﻤَﺪٌ ﻟِﻠْﻤُﻔْﺘِﻲ ﻭَﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻣِﻦْ ﺃُﻭﻟِﻲ ﺍﻟﺮَّﻏَﺒَﺎﺕِ ‏) ﺃَﻱْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻬَﺎ ، ﻭَﻫِﻲَ ﺑِﻔَﺘْﺢِ ﺍﻟْﻐَﻴْﻦِ ﺟَﻤْﻊُ ﺭَﻏْﺒَﺔٍ ﺑِﺴُﻜُﻮﻧِﻬَﺎ ‏( ﻭَﻗَﺪْ ﺍﻟْﺘَﺰَﻡَ ﻣُﺼَﻨِّﻔُﻪُ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻥْ ﻳَﻨُﺺَّ ‏) ﻓِﻲ ﻣَﺴَﺎﺋِﻞِ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ ‏( ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺻَﺤَّﺤَﻪُ ﻣُﻌْﻈَﻢُ ﺍﻟْﺄَﺻْﺤَﺎﺏِ ‏) ﻓِﻴﻬَﺎ ‏( ﻭَﻭَﻓَّﻰ ‏) ﺑِﺎﻟﺘَّﺨْﻔِﻴﻒِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺸْﺪِﻳﺪِ ‏( ﺑِﻤَﺎ ﺍﻟْﺘَﺰَﻣَﻪُ ‏) ﺣَﺴْﺒَﻤَﺎ ﺍﻃَّﻠَﻊَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﻨَﺎﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﺳْﺘِﺪْﺭَﺍﻙُﻩُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺘَّﺼْﺤِﻴﺢَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻮَﺍﺿِﻊِ ﺍﻟْﺂﺗِﻴَﺔِ ‏( ﻭَﻫُﻮَ ‏) ﺃَﻱْ ﻣَﺎ ﺍﻟْﺘَﺰَﻣَﻪُ ‏( ﻣِﻦْ ﺃَﻫَﻢِّ ﺃَﻭْ ‏) ﻫُﻮَ ‏( ﺃَﻫَﻢُّ ﺍﻟْﻤَﻄْﻠُﻮﺑَﺎﺕِ ‏) ﻟِﻄَﺎﻟِﺐِ ﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻮُﻗُﻮﻑِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺼَﺤَّﺢِ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ ﻓِﻲ ﻣَﺴَﺎﺋِﻠِﻪِ ‏( ﻟَﻜِﻦْ ﻓِﻲ ﺣَﺠْﻤِﻪِ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ‏( ﻛَﺒُﺮَ ﻳَﻌْﺠِﺰُ ﺣِﻔْﻈَﻪُ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻌَﺼْﺮِ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟﺮَّﺍﻏِﺒِﻴﻦَ ﻓِﻲ ﺣِﻔْﻆِ ﻣُﺨْﺘَﺼَﺮٍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ ‏( ﺇﻟَّﺎ ﺑَﻌْﺾَ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻌِﻨَﺎﻳَﺎﺕِ ‏) ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻜْﺒُﺮُ ، ﺃَﻱْ ﻳَﻌْﻈُﻢُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺣِﻔْﻈُﻪُ

( dan dianya ) artinya muharrar (itu banyak faedah, itu penting pada mentahqiq mazhab ), artinya perkara yang berpendapat kepadanya perkara oleh Imam Syafi’e dan oleh para sahabatnya dari segala hukum pada segala persoalan, hal keadaan  mazhab dengan makna pendapat imam syafi’i  itu majaz dari tempat berjalan ( itu yang dipedomani bagi mufti dan lainnya mufti dari semua orang yang gemar ) artinya pemiliknya kegemaran, dan dianya ﺍﻟﺮَّﻏَﺒَﺎﺕِ dengan fathah ﻍ itu jamak dari ﺭَﻏْﺒَﺔٍ dengan sukunnya ﻍ ( dan sungguh melazimi oleh musannifnya muharrar, semoga merahmati akannya musannif oleh Allah, akan bahwa mengnash ia musannif ) pada segala persoalan khilaf ( atas perkara yang telah mentashih akannya khilaf oleh kebanyakan ashab ) padanya segala persoalan ( dan menunai ia musannif )  ﻭَﻓَّﻰ dibaca  dengan takhfif atau tasydit ( dengan perkara yang melazimi ia musannif akannya perkara ) sekira perkara yang nyata ia perkara atasnya musannif, maka tidak berlawanan pada demikian  perkara yang Imam Rafi’i lazimi  oleh istidrak nya Imam Nawawi atasnya Imam Rafi’i akan pentashihan pada beberapa tempat yang selagi akan datang ( dan dianya ) artinya perkara yang melazim ia musannif akannya ( itu dari yang penting, bahkan ) dianya perkara ( itu terlebih penting dari segala perkara yang di tuntutkan ) bagi penuntut ilmu fiqah dari berpijak diatas pendapat yang ditashihkan dari khilaf pada segala persoalannya fiqah ( tetapi pada bentuk nya ) artinya al-muharrar ( itu besar dari bahwa lemahlah menghafalnya oleh kebanyakan ahli masa ) artinya orang yang gemar pada menghafal mukhtasar dalam ilmu fiqah ( kecuali sebahagian ahli yang cerdik ) dari mereka itu ahli masa, maka tidak besar ia menghafal, artinya tidak besar atasnya orang yang cerdik oleh menghafalnya mukhtasar.
istidrak adalah berbeda pendapat yang ditarjih Imam Nawawi terhadap pendapat yang dinash Imam Rafi'e berdasarkan tashih kebanyakan ashab, ini tidak menjadi asumsi bahwa Imam Rafi'e dan ashab keliru, tetapi perbedaan ini hanya atas dasar sejumlah dalil yang diperdapati oleh mereka ketika mentarjihkan.

‏( ﻓَﺮَﺃَﻳْﺖ ‏) ﻣِﻦْ ﺍﻟﺮَّﺃْﻱِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ ﺍﻟْﻤُﻬِﻤَّﺔِ ‏( ﺍﺧْﺘِﺼَﺎﺭَﻩُ ‏) ﺑِﺄَﻥْ ﻟَﺎ ﻳَﻔُﻮﺕَ ﺷَﻲْﺀٌ ﻣِﻦْ ﻣَﻘَﺎﺻِﺪِﻩِ ‏( ﻓِﻲ ﻧَﺤْﻮِ ﻧِﺼْﻒِ ﺣَﺠْﻤِﻪِ ‏) ﻫُﻮَ ﺻَﺎﺩِﻕٌ ﺑِﻤَﺎ ﻭَﻗَﻊَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨَﺎﺭِﺝِ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺰِّﻳَﺎﺩَﺓِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨِّﺼْﻒِ ﺑِﻴَﺴِﻴﺮٍ ‏( ﻟِﻴَﺴْﻬُﻞَ ﺣِﻔْﻈُﻪُ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺼَﺮِ ﻟِﻜُﻞِّ ﻣَﻦْ ﻳَﺮْﻏَﺐُ ﻓِﻲ ﺣِﻔْﻆِ ﻣُﺨْﺘَﺼَﺮٍ ‏( ﻣَﻊَ ﻣَﺎ ‏) ﺃَﻱْ ﻣَﺼْﺤُﻮﺑًﺎ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺼَﺮُ ﺑِﻤَﺎ ‏( ﺃَﺿُﻤُّﻪُ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﺇﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ‏) ﻓِﻲ ﺃَﺛْﻨَﺎﺋِﻪِ .
ﻭَﺑِﺬَﻟِﻚَ ﻗَﺮُﺏَ ﻣِﻦْ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔِ ﺃَﺭْﺑَﺎﻉِ ﺃَﺻْﻠِﻪِ ﻛَﻤَﺎ ﻗِﻴﻞَ ‏( ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨَّﻔَﺎﺋِﺲِ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﺠَﺎﺩَﺍﺕِ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﺤْﺴَﻨَﺎﺕِ

( maka aku berpendapat )  lafadh ﺭَﺃَﻳْﺖ diambil  dari lafadh ﺍﻟﺮَّﺃْﻱِ , pada segala perkara penting ( akan meringkasnya muharrar ) dengan bahwa tiada luputlah sesuatu dari pada segala maksudnya muharrar ( pada seumpama  kadar  setengah bentuknya muharrar ) dianya ﻧَﺤْﻮِ ﻧِﺼْﻒِ terbenar dengan perkara yang terjadi ia perkara pada kenyataan, dari pada lebih atas setengah, dengan kadar sedikit ( supaya mudah lah menghafalnya ) artinya mukhtasar, bagi setiap orang yang gemar ia orang pada menghafal mukhtasar ( beserta perkara ) artinya hal keadaan menyertai demikian mukhtasar dengan perkara (yang aku campur akanya perkara kepadanya mukhtasar, jika mengkehendaki oleh Allah ta’ala ) pada pertengahan nya mukthasar dan dengan demikian yang dicampur, hampir ia mukhtasar dari pada bentuk asalnya mukhtasar, seperti perkara yang dikatakan orang ( dari ﺍﻟﻨَّﻔَﺎﺋِﺲِ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﺠَﺎﺩَﺍﺕِ ) artinya yang dianggap sangat bagus.

‏( ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺍﻟﺘَّﻨْﺒِﻴﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻗُﻴُﻮﺩٍ ﻓِﻲ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺋِﻞِ ‏) ﺑِﺄَﻥْ ﺗُﺬْﻛَﺮَ ﻓِﻴﻬَﺎ ‏( ﻫِﻲَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄَﺻْﻞِ ﻣَﺤْﺬُﻭﻓَﺎﺕٌ ‏) ﺃَﻱْ ﻣَﺘْﺮُﻭﻛَﺎﺕٌ ﺍﻛْﺘِﻔَﺎﺀً ﺑِﺬِﻛْﺮِﻫَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺒْﺴُﻮﻃَﺎﺕِ ‏( ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﻮَﺍﺿِﻊُ ﻳَﺴِﻴﺮَﺓٌ ‏) ﻧَﺤْﻮُ ﺧَﻤْﺴِﻴﻦَ ﻣَﻮْﺿِﻌًﺎ ‏( ﺫَﻛَﺮَﻫَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ﻋَﻠَﻰ ﺧِﻠَﺎﻑِ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺎﺭِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐِ ‏) ﺍﻟْﺂﺗِﻲ ﺫِﻛْﺮُﻩُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣُﺼَﺤَّﺤًﺎ ‏( ﻛَﻤَﺎ ﺳَﺘَﺮَﺍﻫَﺎ ﺇﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ‏) ﻓِﻲ ﻣُﺨَﺎﻟَﻔَﺘِﻬَﺎ ﻟَﻪُ ﻧَﻈَﺮًﺍ ﻟِﻠْﻤَﺪَﺍﺭِﻙِ ‏( ﻭَﺍﺿِﺤَﺎﺕٍ ‏) ﻓَﺬِﻛْﺮُ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺎﺭِ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻤُﺮَﺍﺩُ ، ﻭَﻟَﻮْ ﻋَﺒَّﺮَ ﺑِﻪِ ﺃَﻭَّﻟًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﺴَﻨًﺎ

( sebahagian dari padanya nafaisul musstajadat itu memberitahu atas beberapa kaid pada sebahagian persoalan ) dengan bahwa disebutkan akan beberapa kaid padanya sebahagian persoalan ( dianya beberapa kaid dari asal  muharrar itu yang dibuangkan ) artinya ditinggalkan, karena dipadai dengan menyebutnya beberapa kaid dalam sejumlah kitab yang luas pembahasannya ( dan sebahagian dari padanya nafaisul musstajadat itu beberapa tempat yang sedikit ) sekitar 50 tempat ( yang menyebut ia musannif  Imam Rafi’i  akannya sebahagian persoalan didalam kitab muharrar atas kebalikan pendapat terpilih di dalam mazhab )  beberapa tempat  yang selagi datanglah menyebutnya khilaf mukhtar padanya beberapa tempat, hal keadaannya khilaf mukhtar itu yang ditashihkan
( seperti perkara yang selagi akan kamu ketahui akannya perkara, jika Allah taa’la mengkehendaki ) pada berlawanannya sebahagian persoalan, baginya musannif  Iman Nawawi  karena memperhatikan kepada sejumlah dalil ( akan yang sangat jelas ianya persoalan ) maka menyebut pendapat
mukhtar padanya sebahagian persoalan itu yang dimaksudkan, dan jika mengibarat ia musannif dengannya lafadh ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺎﺭِ pada permulaannya ,sungguh ada ia nya ibarat itu lebih bagus.

‏( ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﺇﺑْﺪَﺍﻝُ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻔَﺎﻇِﻪِ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ ‏) ﺃَﻱْ ﻏَﻴْﺮَ ﻣَﺄْﻟُﻮﻑِ ﺍﻟِﺎﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻝِ ‏( ﺃَﻭْ ﻣُﻮﻫِﻤًﺎ ‏) ﺃَﻱْ ﻣُﻮﻗِﻌًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻮَﻫْﻢِ ﺃَﻱْ ﺍﻟﺬِّﻫْﻦَ ‏( ﺧِﻠَﺎﻑَ ﺍﻟﺼَّﻮَﺍﺏِ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟْﺈِﺗْﻴَﺎﻥُ ﺑَﺪَﻝَ ﺫَﻟِﻚَ ‏( ﺑِﺄَﻭْﺿَﺢَ ﻭَﺃَﺧْﺼَﺮَ ﻣِﻨْﻪُ ﺑِﻌِﺒَﺎﺭَﺍﺕٍ ﺟَﻠِﻴَّﺎﺕٍ ‏) ﺃَﻱْ ﻇَﺎﻫِﺮَﺍﺕٍ ﻓِﻲ ﺃَﺩَﺍﺀِ ﺍﻟْﻤُﺮَﺍﺩِ ، ﻭَﺃَﺩْﺧَﻞَ ﺍﻟْﺒَﺎﺀَ ﺑَﻌْﺪَ ﻟَﻔْﻆِ ﺍﻟْﺈِﺑْﺪَﺍﻝِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺄْﺗِﻲِّ ﺑِﻪِ ﻣُﻮَﺍﻓَﻘَﺔً ﻟِﻠِﺎﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻝِ ﺍﻟْﻌُﺮْﻓِﻲِّ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺧِﻠَﺎﻑَ ﺍﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻟُﻐَﺔً ﻣِﻦْ ﺇﺩْﺧَﺎﻟِﻬَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺘْﺮُﻭﻙِ ﻧَﺤْﻮَ : ﺃَﺑْﺪَﻟْﺖ ﺍﻟْﺠَﻴِّﺪَ ﺑِﺎﻟﺮَّﺩِﻱﺀِ ، ﺃَﻱْ ﺃَﺧَﺬْﺕ ﺍﻟْﺠَﻴِّﺪَ ﺑَﺪْﻝَ ﺍﻟﺮَّﺩِﻱﺀِ .

( dan sebahagian dari padanya nafaisul musstajadat itu mengganti perkara yang ada ia perkara dari pada sejumlah lafadhnya muharrar itu gharib ) artinya  lafadh gharib adalah lafadh  yang tidak sering digunakan ( atau itu yang menimbulkan waham ) artinya  sejumlah lafadh  yang menjatuhkan pemahaman kedalam waham artinya pikiran ( akan kebalikan benar ) artinya memperdatang akan sebagai pengganti demikian ( dengan  lafadh  yang terlebih jelas dan terlebih ringkas dari padanya lafadh gharib dan yang mewaham, dengan sejumlah ibarat yang terang ) artinya yang dhahir ia ibarat pada menunaikan maksud, dan meletak ia musannif  Imam Nawawi  akan huruf ﺏَ setelah lafadh
ﺍﻟْﺈِﺑْﺪَﺍﻝِ atas  maksud  yang didatangkan karena mengikuti pemakaian ahli 'uruf, sekalipun ada ia meletakkan itu kebalikan dari yang terbiasa pada loghat, dari pada meletakkan huruf ﺏَ atas  maksud yang ditinggalkan, seperti ﺃَﺑْﺪَﻟْﺖ ﺍﻟْﺠَﻴِّﺪَ ﺑِﺎﻟﺮَّﺩِﻱﺀِ  artinya aku mengambil akan yang baik akan sebagai pengganti yang buruk. pemakaian ﺏَ huruf jar, secara lugath disertaikan dengan sesuatu yang ditinggalkan, tidak disertaikan huruf ﺏَ dengan sesuatu yang diambil, sedangkan pemakaian u’rufi, huruf ﺏَ disertaikan dengan sesuatu yang akan di ambil, contoh ﺃَﺑْﺪَﻟْﺖ ﺍﻟْﺠَﻴِّﺪَ ﺑِﺎﻟﺮَّﺩِﻱﺀِ , menurut pemakaian lugaht artinya aku mengganti akan yang baik dengan meninggalkan yang buruk, sedangkan menurut u’rufi artinya aku mengganti akan yang baik dengan mengambil yang buruk

‏( ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﺑَﻴَﺎﻥُ ﺍﻟْﻘَﻮْﻟَﻴْﻦِ ﻭَﺍﻟْﻮَﺟْﻬَﻴْﻦِ ﻭَﺍﻟﻄَّﺮِﻳﻘَﻴْﻦِ ﻭَﺍﻟﻨَّﺺِّ ﻭَﻣَﺮَﺍﺗِﺐِ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ ‏) ﻗُﻮَّﺓً ﻭَﺿَﻌْﻔًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺋِﻞِ ‏( ﻓِﻲ ﺟَﻤِﻴﻊِ ﺍﻟْﺤَﺎﻟَﺎﺕِ ‏) ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ﻓَﺘَﺎﺭَﺓً ﻳُﺒَﻴِّﻦُ ﻧَﺤْﻮَ ﺃَﺻَﺢِّ ﺍﻟْﻘَﻮْﻟَﻴْﻦِ ﻭَﺃَﻇْﻬَﺮِ ﺍﻟْﻮَﺟْﻬَﻴْﻦِ ، ﻭَﺗَﺎﺭَﺓً ﻟَﺎ ﻳُﺒَﻴِّﻦُ ﻧَﺤْﻮَ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢِّ ﻭَﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮِ

( dan sebahagian dari padanya nafaisul musstajadat itu menjelaskan segala ﻗﻮﻝ dan ﻭﺟﻪ dan ﻃﺮﻳﻖ dan ﻧﺺ dan martabat khilaf ) nisbah kuat dan lemah pada sejumlah persoalan ( pada segala tempat ) dengan kebalikan muharrar , maka suatu ketika menjelaskan ia muharrar akan seumpama ﺃَﺻَﺢُّ ﺍﻟْﻘَﻮْﻟَﻴْﻦِ dan ﺃَﻇْﻬَﺮُ ﺍﻟْﻮَﺟْﻬَﻴْﻦِ dan suatu ketika yang lain tidak menjelaskan ia muharrar akan seumpama ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ
dan ﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮُ . dalam muharrar, pendapat kuat terkadang tidak ditandai dan juga tidak diperdapati istilah baku untuk menandai pendapat kuat dari khilaf ﻗﻮﻝ atau khilaf ﻭﺟﻪ 

‏( ﻓَﺤَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻤَﺸْﻬُﻮﺭِ ﻓَﻤِﻦْ ﺍﻟْﻘَﻮْﻟَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﺄَﻗْﻮَﺍﻝِ ‏) ﻟِﻠﺸَّﺎﻓِﻌِﻲِّ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ‏( ﻓَﺈِﻥْ ﻗَﻮِﻱَ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑُ ‏) ﻟِﻘُﻮَّﺓِ ﻣُﺪْﺭَﻛِﻪِ ‏( ﻗُﻠْﺖ ﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮُ ‏) ﺍﻟْﻤُﺸْﻌِﺮُ ﺑِﻈُﻬُﻮﺭِ ﻣُﻘَﺎﺑِﻠِﻪِ ‏( ﻭَﺇِﻟَّﺎ ﻓَﺎﻟْﻤَﺸْﻬُﻮﺭُ ‏) ﺍﻟْﻤُﺸْﻌِﺮُ ﺑِﻐَﺮَﺍﺑَﺔِ ﻣُﻘَﺎﺑِﻠِﻪِ ﻟِﻀَﻌْﻒِ ﻣُﺪْﺭَﻛِﻪِ .

( maka sekira tempat aku berkata ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮِ atau ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺸْﻬُﻮﺭِ ,niscaya maka itu dari pada dua buah ﻗﻮﻝ atau banyak ﻗﻮﻝ ) bagi imam Syafi’i, semoga merahmati oleh Allah dari padanya imam Syafi’i ( maka jika kuatlah khilaf ) karena kuat dalilnya khilaf ( niscaya aku berkata ﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮُ ) yang memberitahu ia ﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮُ dengan dhahir kedudukan muqabilnya ( dan jika tidak kuat khilaf, maka niscaya aku berkata ﺍﻟْﻤَﺸْﻬُﻮﺭُ ) yang memberitahu ia ﺍﻟْﻤَﺸْﻬُﻮﺭُ dengan lemah kedudukan muqabilnya, karena lemah kedudukan dalilnya khilaf. jika diperdapati khilaf pada pendapat yang diistilahkan ﻗﻮﻝ maka ﻗﻮﻝ yang kuat diantaranya ditandai dengan istilah ﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮُ atau ﺍﻟْﻤَﺸْﻬُﻮﺭُ ,namun istilah keduanya berbeda kedudukan pada pemakaiannya, jika kedudukan khilaf diantara ﻗﻮﻝ sangat kuat, maka ﻗﻮﻝ yang sangat kuat ditandai dengan istilah ﺍﻟْﺄَﻇْﻬَﺮُ dan jika kedudukan khilaf diantara ﻗﻮﻝ tidak kuat, maka ﻗﻮﻝ yang kuat diantaranya ditandai dengan istilah ﺍﻟْﻤَﺸْﻬُﻮﺭُ , kuat dan tidak kuat nya khilaf ditinjau dari segi kedudukan dalil setiap pendapat yang berkhilaf

‏( ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ ﺃَﻭْ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ ﻓَﻤِﻦْ ﺍﻟْﻮَﺟْﻬَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﺄَﻭْﺟُﻪِ ‏) ﻟِﻠْﺄَﺻْﺤَﺎﺏِ ﻳَﺴْﺘَﺨْﺮِﺟُﻮﻧَﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﻛَﻠَﺎﻡِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲِّ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ‏( ﻓَﺈِﻥْ ﻗَﻮِﻱَ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑُ ﻗُﻠْﺖ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ ﻭَﺇِﻟَّﺎ ﻓَﺎﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ ‏) ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﻌَﺒِّﺮْ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﻗْﻮَﺍﻝِ ﺗَﺄَﺩُّﺑًﺎ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲِّ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ ، ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢَ ﻣِﻨْﻪُ ﻣُﺸْﻌِﺮٌ ﺑِﻔَﺴَﺎﺩِ ﻣُﻘَﺎﺑِﻠِﻪِ .

( dan sekira tempat aku berkata ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ atau ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ , niscaya maka itu dari pada dua ﻭﺟﻪ atau beberapa ﻭﺟﻪ ) bagi para ashabi sejumlah murid imam Syafi’i yang mengeluarkan pemahaman mereka itu akannya sejumlah pendapat yang khilaf, dari sumber perkataan imam Syafi’i, semoga merahmati oleh Allah dari padanya imam Syafi’i ( maka jika kuatlah khilaf, niscaya aku berkata ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ dan jika tidak kuat khilaf, maka niscaya aku berkata ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ ) dan tiada mengibarat ia musannif  imam Nawawa dengan demikian ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ atau ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ pada kedudukan khilaf sejumah ﻗﻮﻝ karena memelihara adab dengan imam Syafi’i, semoga merahmati oleh Allah dari padanya imam Syafi’i, seperti perkara yang telah berkata ia musannif  imam Nawawi   maka bahwa sungguh ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ dari padanya khilaf itu memberitahu ia nya ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ dengan fasid kedudukan muqabilnya  jika diperdapati khilaf pada perdapat yang diistilahkan ﻭﺟﻪ maka pendapat yang kuat diantaranya, ditandai dengan istilah ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ atau ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ , namun istilah keduanya berbeda kedudukan pemakaiannya, jika kedudukan khilaf diantara ﻭﺟﻪ sangat kuat, maka ﻭﺟﻪ yang sangat kuat ditandai dengan istilah ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ dan jika kedudukan khilaf diantara ﻭﺟﻪ tidak kuat, maka ﻭﺟﻪ yang kuat diantaranya ditandai dengan istilah ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ dan muqabilnya dianggap pendapat fasid, kuat dan tidak kuat nya khilaf ditinjau dari segi kedudukan dalil setiap pendapat yang berkhilaf

‏( ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ ﻓَﻤِﻦْ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳﻘَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﺍﻟﻄُّﺮُﻕِ ‏) ﻭَﻫِﻲَ ﺍﺧْﺘِﻠَﺎﻑُ ﺍﻟْﺄَﺻْﺤَﺎﺏِ ﻓِﻲ ﺣِﻜَﺎﻳَﺔِ ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐِ ﻛَﺄَﻥْ ﻳَﺤْﻜِﻲَ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴْﺌَﻠَﺔِ ﻗَﻮْﻟَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﻭَﺟْﻬَﻴْﻦِ ﻟِﻤَﻦْ ﺗَﻘَﺪَّﻡَ ، ﻭَﻳَﻘْﻄَﻊَ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺑِﺄَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ ﺛُﻢَّ ﺍﻟﺮَّﺍﺟِﺢُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻋَﺒَّﺮَ ﻋَﻨْﻪُ ﺑِﺎﻟْﻤَﺬْﻫَﺐِ ﺇﻣَّﺎ ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻤُﻮَﺍﻓِﻖِ ﻟَﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﻃَﺮِﻳﻖِ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻤُﺨَﺎﻟِﻒِ ﻟَﻬَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺳَﻴَﻈْﻬَﺮُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴَﺎﺋِﻞِ ، ﻭَﻣَﺎ ﻗِﻴﻞَ ﻣِﻦْ ﺃَﻥَّ ﻣُﺮَﺍﺩَﻩُ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻝُ ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﺍﻟْﺄَﻏْﻠَﺐُ ﻣَﻤْﻨُﻮﻉٌ

( dan sekira tempat aku berkata ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ , niscaya maka dari pada dua ﻃﺮﻳﻖ atau beberapa ﻃﺮﻳﻖ ) dan dianya dua atau beberapa ﻃﺮﻳﻖ itu perbedaan sejumlah ashabi pada memberitakan ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ , seperti bahwa menghikayah oleh sebahagian ashabi pada satu masalah akan dua ﻗﻮﻝ atau dua ﻭﺟﻪ bagi orang yang terdahulu, dan mengqata'  meyakini hanya itu saja oleh sebahagian ashabi yang lain dengan salah satu dari dua ﻗﻮﻝ atau ﻭﺟﻪ , kemudian pendapat yang kuat yang mengibarat ia musannif dari padanya pendapat dengan istilah ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ itu adakalanya ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ atau ﻃَﺮِﻳﻖُ yang sesuai baginya ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ dari pada bahagian ﻃَﺮِﻳﻖِ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ atau  ﻃَﺮِﻳﻖُ  yang berlawanan baginya ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ , seperti perkara yang selagi akan dhahir ia perkara pada sejumah persoalan, dan perkara yang dikatakan orang dari pada bahwa  maksudnya ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ itu yang pertama  ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ  dan bahwa nya ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ itu yang kebiasaanya  ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ  itu pendapat yang ditolak. istilah ﻃﺮﻳﻖ adalah perbedaan ashabi sa’at mengabarkan pendapat ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ , imam Nawawi kemudian mentarjih perbedaan hikayah ashabi tersebut dengan menggunakan istilah ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ pada pendapat yang kuat dalam mazhab syafi’i berdasarkan sejumlah dalil yang dhahir disisi imam Nawawi, secara umum ketika disebut ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ dapat difahami ada nya dua ﻃﺮﻳﻖ yaitu ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ dan ﻃَﺮِﻳﻖِ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ , maksud ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ adalah ashabi mengabarkan bahwa pada suatu persoalan hanya diperdapati satu saja pendapat. ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ bisa saja diperdapati lebih dari satu dengan sebab terdapat beberapa ashabi yang mengabarkannya. maksud ﻃَﺮِﻳﻖِ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ adalah ashabi mengabarkan bahwa pada suatu persolan terdapat beberapa pendapat. pendapat yang ditandai ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ bisa merupakan pendapat yang disebut ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ atau yang disebut ﻃَﺮِﻳﻖِ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ dan jika yang ditandai ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ adalah pendapat yang disebut ﻃَﺮِﻳﻖِ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ maka terdapat istilah ﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺨﻼﻑ ﺍﻟﻤﻮﺍﻓﻖ ﻟﻠﻄﺮﻳﻖ ﺍﻟﻘﻄﻊ dan ﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺨﻼﻑ ﺍﻟﻤﺨﺎﻟﻒ ﻟﻠﻄﺮﻳﻖ ﺍﻟﻘﻄﻊ , maksud ﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺨﻼﻑ ﺍﻟﻤﻮﺍﻓﻖ ﻟﻠﻄﺮﻳﻖ ﺍﻟﻘﻄﻊ adalah pendapat yang ditandai ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ sama isinya dengan ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ dan maksud ﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺨﻼﻑ ﺍﻟﻤﺨﺎﻟﻒ ﻟﻠﻄﺮﻳﻖ ﺍﻟﻘﻄﻊ adalah pendapat yang ditandai ﺍﻟْﻤَﺬْﻫَﺐُ berbeda isinya dengan ﻃَﺮِﻳﻖُ ﺍﻟْﻘَﻄْﻊِ


‏( ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ ﺍﻟﻨَّﺺُّ ﻓَﻬُﻮَ ﻧَﺺُّ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲِّ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻳَﻜُﻮﻥُ ﻫُﻨَﺎﻙَ ‏) ﺃَﻱْ ﻣُﻘَﺎﺑِﻠُﻪُ ‏( ﻭَﺟْﻪٌ ﺿَﻌِﻴﻒٌ ﺃَﻭْ ﻗَﻮْﻝٌ ﻣُﺨَﺮَّﺝٌ ‏) ﻣِﻦْ ﻧَﺺٍّ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﻧَﻈِﻴﺮِ ﺍﻟْﻤَﺴْﺌَﻠَﺔِ ﻟَﺎ ﻳُﻌْﻤَﻞُ ﺑِﻪِ .

( dan sekira tempat aku berkata ﺍﻟﻨَّﺺُّ niscaya maka dianya ﺍﻟﻨَّﺺُّ itu nash imam Syafi’i, semoga merahmati akannya imam Syafi’i oleh Allah, dan adalah disana ) artinya yang berlawanannya ( itu ﻭَﺟْﻪٌ yang lemah atau ﻗَﻮْﻝٌ ﻣُﺨَﺮَّﺝٌ ) dari pada nash baginya imam Syafi’i pada kedudukan masalah yang tidak boleh diamalkan dengannya.
ﺍﻟﻨَّﺺُّ adalah pendapat imam Syafi’i yang hanya satu pada suatu persoalan, ﻗَﻮْﻝٌ ﻣُﺨَﺮَّﺝٌ adalah pendapat yang difahami ashabi dari perkataan imam Syafi’i ketika imam Syafi’i menjawab dengan ﺍﻟﻨَّﺺُّ yang berbeda pada setiap persoalan dari dua persoalan yang berbeda, namun karena terdapat sisi kesamaan dari dua persoalan tersebut dan tidak dhahir perbedaan diantara persoalan keduanya dalam pemahaman para ashabi, maka ashabi menyebut bahwa pada setiap persoalan terdapat dua pendapat imam Syafi’i, kemudian pada sebahagian tempat diibarat ﺑﺎﻟﻨﻘﻞ dengan maksud ﺍﻟﻨَّﺺُّ dan ﺑﺎﻟﺘﺨﺮﻳﺞ dengan maksud ﻗَﻮْﻝٌ ﻣُﺨَﺮَّﺝٌ 

‏( ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ ﺍﻟْﺠَﺪِﻳﺪُ ﻓَﺎﻟْﻘَﺪِﻳﻢُ ﺧِﻠَﺎﻓُﻪُ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﻘَﺪِﻳﻢُ ﺃَﻭْ ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻝٍ ﻗَﺪِﻳﻢٍ ﻓَﺎﻟْﺠَﺪِﻳﺪُ ﺧِﻠَﺎﻓُﻪُ ‏) . ﻭَﺍﻟْﻘَﺪِﻳﻢُ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲُّ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﺑِﺎﻟْﻌِﺮَﺍﻕِ ، ﻭَﺍﻟْﺠَﺪِﻳﺪُ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ ﺑِﻤِﺼْﺮَ ، ﻭَﺍﻟْﻌَﻤَﻞُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇﻟَّﺎ ﻓِﻴﻤَﺎ ﻳُﻨَﺒِّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻛَﺎﻣْﺘِﺪَﺍﺩِ ﻭَﻗْﺖِ ﺍﻟْﻤَﻐْﺮِﺏِ ﺇﻟَﻰ ﻣَﻐِﻴﺐِ ﺍﻟﺸَّﻔَﻖِ ﺍﻟْﺄَﺣْﻤَﺮِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻘَﺪِﻳﻢِ ﻛَﻤَﺎ ﺳَﻴَﺄْﺗِﻲ .

( dan sekira tempat aku berkata ﺍﻟْﺠَﺪِﻳﺪُ niscaya maka ﺍﻟْﻘَﺪِﻳﻢُ itu kebalikannya atau sekira tempat aku berkata ﺍﻟْﻘَﺪِﻳﻢُ atau ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻝٍ ﻗَﺪِﻳﻢٍ niscaya maka ﺍﻟْﺠَﺪِﻳﺪُ itu kebalikannya ) dan ﺍﻟْﻘَﺪِﻳﻢُ itu pendapat yang berkata akannya oleh imam Syafi’i, semoga merahmati oleh Allah dari padanya, saat berada diwilayah Iraq, dan ﺍﻟْﺠَﺪِﻳﺪُ itu pendapat yang berkata ia nya imam Syafi’i akannya saat berada diwilayah Mesir, dan beramal itu atasnya ﺍﻟْﺠَﺪِﻳﺪُ kecuali pada perkara yang memberi tahu ia musannif  imam Nawawi atasnya perkara, seperti berkepanjangan waktu shalat Magrib hingga terbenam syafa’k yang merah mega lembayung pada pendapat ﺍﻟْﻘَﺪِﻳﻢِ seperti perkara yang selagi akan datang. ﺍﻟْﻘَﺪِﻳﻢِ adalah pendapat yang difatwa imam syafi’i semasa di iraq dan ﺍﻟْﺠَﺪِﻳﺪُ adalah pendapat yang difatwa imam Syafi’i semasa di Mesir, istilah ini umumnya diperdapati pada fatwa imam Syafi’i yang berlainan ketika berada di Iraq dan di Mesir dan terkadang juga istilah ini diperdapati pada fatwa imam Syafi’i yang sama ketika berada diiraq dan dimesir, penyebab imam Syafi’i berlainan fatwa adalah berdasarkan perbedaan sejumlah dalil yang ia diperdapati ketika mengeluarkan fatwa

‏( ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ : ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻛَﺬَﺍ ، ﻓَﻬُﻮَ ﻭَﺟْﻪٌ ﺿَﻌِﻴﻒٌ ، ﻭَﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ ﺃَﻭْ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ ﺧِﻠَﺎﻓُﻪُ ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﺃَﻗُﻮﻝُ : ﻭَﻓِﻲ ﻗَﻮْﻝٍ ﻛَﺬَﺍ ﻓَﺎﻟﺮَّﺍﺟِﺢُ ﺧِﻠَﺎﻓُﻪُ ‏) ﻭَﻳَﺘَﺒَﻴَّﻦُ ﻗُﻮَّﺓُ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ ﻭَﺿَﻌْﻔُﻪُ ﻣِﻦْ ﻣُﺪْﺭَﻛِﻪِ

( dan sekira tempat aku berkata ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻛَﺬَﺍ niscaya maka dianya ﻭَﻗِﻴﻞَ ﻛَﺬَﺍ itu pendapat ﻭَﺟْﻪٌ yang lemah, dan ﺍﻟﺼَّﺤِﻴﺢُ atau ﺍﻟْﺄَﺻَﺢُّ itu kebalikannya, dan sekira tempat aku berkata ﻭَﻓِﻲ ﻗَﻮْﻝٍ ﻛَﺬَﺍ niscaya maka pendapat yang kuat itu kebalikannya) dan nyatalah kuat khilaf dan lemahnya khilaf dari dalinya.

‏( ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺴَﺎﺋِﻞُ ﻧَﻔِﻴﺴَﺔٌ ﺃَﺿُﻤُّﻬَﺎ ﺇﻟَﻴْﻪِ ‏) ﺃَﻱْ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺼَﺮِ ﻓِﻲ ﻣَﻈَﺎﻧِّﻬَﺎ ‏( ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳُﺨْﻠَﻰ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏُ ‏) ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺼَﺮُ ﻭَﻣَﺎ ﻳُﻀَﻢُّ ﺇﻟَﻴْﻪِ ‏( ﻣِﻨْﻬَﺎ ‏) ﺻَﺮَّﺡَ ﺑِﻮَﺻْﻔِﻬَﺎ ﺍﻟﺸَّﺎﻣِﻞِ ﻟَﻪُ ﻣَﺎ ﺗَﻘَﺪَّﻡَ ، ﻭَﺯَﺍﺩَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇﻇْﻬَﺎﺭًﺍ ﻟِﻠْﻌُﺬْﺭِ ﻓِﻲ ﺯِﻳَﺎﺩَﺗِﻬَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻋَﺎﺭِﻳَّﺔٌ ﻋَﻦْ ﺍﻟﺘَّﻨْﻜِﻴﺖِ ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﻣَﺎ ﻗَﺒْﻠَﻬَﺎ

( dan sebahagian dari padanya nafaisul musstajadat itu ﻣَﺴَﺎﺋِﻞُ ﻧَﻔِﻴﺴَﺔٌ yang aku campur akannya masalah kedalamnya ) artinya kedalam mukhtasar pada tempat yang dianggap perlunya ﻣَﺴَﺎﺋِﻞُ ﻧَﻔِﻴﺴَﺔٌ ( yang seyogia oleh bahwa tiada sunyilah kitab ) artinya mukhtasar dan perkara yang dicampurkan kedalamnya mukhtasar nafaisul musstajadat ( dari padanya ﻣَﺴَﺎﺋِﻞُ ﻧَﻔِﻴﺴَﺔٌ ) menyebut jelas ia musannif imam Nawawi dengan sifatnya ﻣَﺴَﺎﺋِﻞُ ﻧَﻔِﻴﺴَﺔٌ yang melengkapi baginya sifat oleh perkara nafaisul musstajadat yang telah terdahulu ia perkara dan melebih ia musannif atasnya perkara terdahulu karena mengdhahirkan bagi memohon ma’af pada melebihkanya ﻣَﺴَﺎﺋِﻞُ ﻧَﻔِﻴﺴَﺔٌ , karena bahwa sungguhnya melebihkan ﻣَﺴَﺎﺋِﻞُ ﻧَﻔِﻴﺴَﺔٌ itu sunyi dari pada mengkritik  imam Rafi’i, dengan kebalikan perkara nafaisul musstajadat sebelumnya.

‏( ﻭَﺃَﻗُﻮﻝُ ﻓِﻲ ﺃَﻭَّﻟِﻬَﺎ ﻗُﻠْﺖ ﻭَﻓِﻲ ﺁﺧِﺮِﻫَﺎ ، ﻭَﺍَﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ‏) ﻟِﺘَﺘَﻤَﻴَّﺰَ ﻋَﻦْ ﻣَﺴَﺎﺋِﻞِ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ، ﻭَﻗَﺪْ ﻗَﺎﻝَ ﻣِﺜْﻞَ ﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻲ ﺍﺳْﺘِﺪْﺭَﺍﻙِ ﺍﻟﺘَّﺼْﺤِﻴﺢِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ، ﻭَﻗَﺪْ ﺯَﺍﺩَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺗَﻤْﻴِﻴﺰٍ ﻛَﻘَﻮْﻟِﻪِ ﻓِﻲ ﻓَﺼْﻞِ ﺍﻟْﺨَﻠَﺎﺀِ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺘَﻜَﻠَّﻢُ

( dan aku berkata pada permulaan nya masailun nafisah ﻗُﻠْﺖُ dan pada akhirnya masailun nafisah ﻭَﺍَﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ) supaya terbeda ia masailun nafisah dari pada sejumlah masalah dalam muharrar dan sungguh berkata ia musannif akan seumpama demikian permulaan ﻗُﻠْﺖُ dan akhirnya ﻭَﺍَﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ  pada menukar membalek tashih atasnya muharrar, dan terkadang melebih ia musannif atasnya muharrar dari pada tiada membedakan memberitahu bahwa itu yang dilebih dari muharrar seperti perkataannya musannif pada ﻓَﺼْﻞِ ﺍﻟْﺨَﻠَﺎﺀِ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺘَﻜَﻠَّﻢُ   juz I hal 41.

‏( ﻭَﻣَﺎ ﻭَﺟَﺪْﺗﻪ ‏) ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﻇِﺮُ ﻓِﻲ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺼَﺮِ ‏( ﻣِﻦْ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓِ ﻟَﻔْﻈَﺔٍ ﻭَﻧَﺤْﻮِﻫَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ﻓَﺎﻋْﺘَﻤِﺪْﻫَﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺑُﺪَّ ﻣِﻨْﻬَﺎ ‏) ﻛَﺰِﻳَﺎﺩَﺓِ ﻛَﺜِﻴﺮٍ ﻭَﻓِﻲ ﻋُﻀْﻮٍ ﻇَﺎﻫِﺮٍ ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻟِﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﻴَﻤُّﻢِ ﺇﻟَّﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺑِﺠُﺮْﺣِﻪِ ﺩَﻡٌ ﻛَﺜِﻴﺮٌ ﺃَﻭْ ﺍﻟﺸَّﻴْﻦُ ﺍﻟْﻔَﺎﺣِﺶُ ﻓِﻲ ﻋُﻀْﻮٍ ﻇَﺎﻫِﺮٍ .
‏( ﻭَﻛَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻭَﺟَﺪْﺗﻪ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄَﺫْﻛَﺎﺭِ ﻣُﺨَﺎﻟِﻔًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ﻭَﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻣِﻦْ ﻛُﺘُﺐِ ﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ ﻓَﺎﻋْﺘَﻤِﺪْﻩُ ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﺣَﻘَّﻘْﺘﻪ ﻣِﻦْ ﻛُﺘُﺐِ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﻤَﺪَﺓِ ‏) ﻓِﻲ ﻧَﻘْﻠِﻪِ ﻟِﺎﻋْﺘِﻨَﺎﺀِ ﺃَﻫْﻠِﻪِ ﺑِﻠَﻔْﻈِﻪِ ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﺍﻟْﻔُﻘَﻬَﺎﺀِ ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﻳَﻌْﺘَﻨُﻮﻥَ ﻏَﺎﻟِﺒًﺎ ﺑِﻤَﻌْﻨَﺎﻩُ

( dan perkara yang engkau perdapati akannya perkara ) wahai orang yang teliti pada ini mukhtasar ( dari pada melebihkan lafadh dan seumpamanya atas perkara didalam muharrar, maka berpegah teguh olehmu akannya lafadh, maka tiada boleh tidak dari padanya lafadh yang dilebihkan ) seperti melebih lafadh ﻛَﺜِﻴﺮٍ dan lafadh ﻓِﻲ ﻋُﻀْﻮٍ ﻇَﺎﻫِﺮٍ pada perkataanya musannif didalam pembahasan tayamum ﺇﻟَّﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺑِﺠُﺮْﺣِﻪِ ﺩَﻡٌ ﻛَﺜِﻴﺮٌ ﺃَﻭْ ﺍﻟﺸَّﻴْﻦُ ﺍﻟْﻔَﺎﺣِﺶُ ﻓِﻲ ﻋُﻀْﻮٍ ﻇَﺎﻫِﺮٍ  juz I hal 97  ( dan seperti demikian, itu perkara yang engkau perdapati akannya dari pada sejumlah zikir hal keadaan berlawanan bagi perkara didalam muharrar dan lainnya dari pada sejumlah kitab fiqah, maka berpegah teguh olehmu akannya zikir, maka bahwa sungguh aku  imam nawawi  telah aku pastikan akannya zikir dari sejumlah kitab hadits yang menjadi pegangan ) pada menaqalnya zikir, karena menganggap penting oleh ahlinya zikir dengan lafadhnya zikir, dengan kebalikan ahli fiqah, maka bahwa sungguh mereka itu ahli fiqah menganggap penting oleh mereka itu pada kebiasaannya dengan maknanya lafadh.

‏( ﻭَﻗَﺪْ ﺃُﻗَﺪِّﻡُ ﺑَﻌْﺾَ ﻣَﺴَﺎﺋِﻞِ ﺍﻟْﻔَﺼْﻞِ ﻟِﻤُﻨَﺎﺳِﺒَﺔٍ ﺃَﻭْ ﺍﺧْﺘِﺼَﺎﺭٍ ﻭَﺭُﺑَّﻤَﺎ ﻗَﺪَّﻣْﺖ ﻓَﺼْﻠًﺎ ﻟِﻠْﻤُﻨَﺎﺳِﺒَﺔِ ‏) ﻛَﺘَﻘْﺪِﻳﻢِ ﻓَﺼْﻞِ ﺍﻟﺘَّﺨْﻴِﻴﺮِ ﻓِﻲ ﺟَﺰَﺍﺀِ ﺍﻟﺼَّﻴْﺪِ ﻋَﻠَﻰ ﻓَﺼْﻞِ ﺍﻟْﻔَﻮَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺈِﺣْﺼَﺎﺭِ ‏( ﻭَﺃَﺭْﺟُﻮ ﺇﻥْ ﺗَﻢَّ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺼَﺮُ ‏) ﻭَﻗَﺪْ ﺗَﻢَّ ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ‏( ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﻣَﻌْﻨَﻰ ﺍﻟﺸَّﺮْﺡِ ﻟِﻠْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﻟَﺎ ﺃَﺣْﺬِﻑُ ‏) ﺃَﻱْ ﺃُﺳْﻘِﻂُ ‏( ﻣِﻨْﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄَﺣْﻜَﺎﻡِ ﺃَﺻْﻠًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺨِﻠَﺎﻑِ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﻭَﺍﻫِﻴًﺎ ‏) ﺃَﻱْ ﺿَﻌِﻴﻔًﺎ ﺟِﺪًّﺍ ﻣَﺠَﺎﺯًﺍ ﻋَﻦْ ﺍﻟﺴَّﺎﻗِﻂِ

( dan terkadang aku dahului akan sebahagian masalah fasal karena untuk kesesuaian atau untuk meringkas, dan terkadang aku dahulukan fasal karena untuk kesesuaian ) seperti mendahulukan fasal
boleh memilih pada denda berburu  juz II hal 144  atas fasal luput haji dan ditahan  juz II hal147 (dan aku berharap jika sempurna lah ini mukhtasar ) dan sungguh telah sempurna, dan bagi Allah itu segala pujian ( akan bahwa ada ia mukhtasar itu pada makna syarah bagi kitab muharrar, karena bahwa sungguh aku, tiada aku buang ) artinya aku gugurkan ( dari padanya muharrar akan sesuatu dari pada sejumlah hukum, sekali - kali dan tidak aku buang sesuatu dari pada khilaf, sekalipun ada ia khilaf itu yang lemah ) artinya yang lemah sekali  ibarat ﻭَﺍﻫِﻴًﺎ  majaz dari yang dikehendaki ﺍﻟﺴَّﺎﻗِﻂِ .

‏( ﻣَﻊَ ﻣَﺎ ‏) ﺃَﻱْ ﺁﺗِﻲ ﺑِﺠَﻤِﻴﻊِ ﻣَﺎ ﺍﺷْﺘَﻤَﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣَﺼْﺤُﻮﺑًﺎ ﺑِﻤَﺎ ‏( ﺃَﺷَﺮْﺕ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨَّﻔَﺎﺋِﺲِ ‏) ﺍﻟْﻤُﺘَﻘَﺪِّﻣَﺔِ ‏( ﻭَﻗَﺪْ ﺷَﺮَﻋْﺖُ ‏) ﻣَﻊَ ﺍﻟﺸُّﺮُﻭﻉِ ﻓِﻲ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺼَﺮِ ‏( ﻓِﻲ ﺟَﻤْﻊِ ﺟُﺰْﺀٍ ﻟَﻄِﻴﻒٍ ﻋَﻠَﻰ ﺻُﻮﺭَﺓِ ﺍﻟﺸَّﺮْﺡِ ﻟِﺪَﻗَﺎﺋِﻖَ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺼَﺮِ ‏) ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﺍﻟِﺎﺧْﺘِﺼَﺎﺭُ ‏( ﻭَﻣَﻘْﺼُﻮﺩِﻱ ﺑِﻪِ ﺍﻟﺘَّﻨْﺒِﻴﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺤِﻜْﻤَﺔِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌُﺪُﻭﻝِ ﻋَﻦْ ﻋِﺒَﺎﺭَﺓِ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﺭِ ﻭَﻓِﻲ ﺇﻟْﺤَﺎﻕِ ﻗَﻴْﺪٍ ﺃَﻭْ ﺣَﺮْﻑٍ ‏) ﻓِﻲ ﺍﻟْﻜَﻠَﺎﻡِ ‏( ﺃَﻭْ ﺷَﺮْﻁٍ ﻟِﻠْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔِ ﻭَﻧَﺤْﻮِ ﺫَﻟِﻚَ ‏) ﻣِﻤَّﺎ ﺑَﻴَّﻨَﻪُ

( beserta perkara ) artinya aku datangkan dengan sekalian perkara yang melengkapi ia mukhtasar atasnya perkara, hal keadaan mukhtasar itu menyertai dengan perkara nafaisul musstajadat ( yang telah aku beritahu kepadanya perkara, dari pada sejumlah perkara penting ) yang terdahulu ia nafaisul musstajadat ( dan sungguh aku masuki ) beserta memasuki dalam mengarang ini mukhtasar ( pada menghimpun bahagian yang kecil penting atas bentuk syarah karena sangat halus rumit dan tersembunyi pemahamannya ini mukhtasar ) dari segi bentuk ringkasan ( dan maksud aku dengannya mengarang kitab yang menghimpun bahagian yang kecil itu memberi tahu atas hikmah pada berpaling dari pada ibarat muharrar dan pada menghubung kaid atau huruf ) pada kalam ( atau syarat bagi masalah dan seumpama demikian) dari pada perkara yang menjelaskan ia musannif akannya perkara. disa’at imam Nawawi sedang mengarang kitab ﻣﻨﻬﺎﺝ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ beliau juga mengarang kitab kecil yang menjelaskan tentang maksud sejumlah ibarat penting yang terdapat didalam ibarat kitab ﻣﻨﻬﺎﺝ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ seperti hikmah menukar ibarat, hikmah menambah kaid, hikmah menambah huruf, hikmah menambah syarat dan lainnya, kitab kecil tersebut bernama ﺩﻗﺎﺋﻖ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ dan sebahagian banyak isi kitab ﺩﻗﺎﺋﻖ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ telah disebutkan didalam ibarat ﻗﻠﻴﻮﺑﻰ dan ﻋﻤﻴﺮﺓ .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Jamak dengan Isim Jamak dan Isim Jenis Jam'i

1. Jamak adalah kata yang menunjukan kepada sekumpulan uhad (satu-persatu afrad atau unit) yang penunjukannya sebagaimana ‘athaf  satu-persatu mufrad kepada mufrad sebelumnya. Misalnya: ﺟﺎﺀ ﺭﺟﺎ ﻝ Rijaalun adalah jamak dari rajulun, Jadi kata rajulun adalah mufradnya, Maka maknanya sama dengan dikatakan : ﺟﺎﺀ ﺭﺟﻞ ﻭ ﺭﺟﻞ ﻭ ﺭﺟﻞ ﻭ ﺭﺟﻞ ﻭ ﺭﺟﻞ ...... ﺍﻟﺦ Dhamir yang digunakan untuk menunjuki Kalimat tersebut haruslah dhamir jamak, namun adakalanya Jamak Taksir berada pada Manzilah Taknis (taknis mufrad) seperti jamak taksir dari benda mati ataupun Isim Maknawi (ma’qul/ghairu mahsus). Tiada pula disifatkan kecuali dengan kata sifat berbentuk Jamak, dan tidak boleh dijadikan sebagai Tamyiz berdasarkan atas pendapat Shahih. Jamak pada memiliki bentuk atau wazan yang ma’ruf, serta memiliki mufrad dari sagi lafaz maupun makna. Namun adapula yang tidak memiliki mufrad namun berada dalam wazan jamak, misalnya wazan sighat muntahal jumu’. Jamak terbagi Tiga macam : Jamak Taksir Jamak Taksi...

Perbedaan Masdar dengan Isim Masdar dan Isim Dzat

Masdar adalah lafadh yang menunjukan makna huduts ( peristiwa ) tanpa disertai zaman serta memuat huruf fi'ilnya secara lafdhan. contoh : 'Alima - 'Ilman,  Qaatala - Qitaalan ( ﻋﻠﻢ ﻋﻠﻤﺎ  ﻗﺎﺗﻞ ﻗﺘﺎﻻ ) Isim Masdar adalah lafadh yang menunjukan makna huduts tanpa disertai zaman namun tidak memuat semua huruf fi' ilnya bahkan kadang dikurangi baik secara lafdhi maupun taqdiri tanpa ada ganti. Contoh : Kallama - Kalaaman, Tawaddhaa - Wudhuan ( ﺗﻮﺿﺄ ﻭﺿﻮﺃ ﻛﻠّﻢ ﻛﻼﻣﺎ ) jika ada lafadh yang tidak mempunyai makna huduts tetapi memuat semua huruf fi'ilnya maka di namakan isim dzat. Contoh : Kahala - Kuhlan ( calak ), Dahana - Duhnan ( minyak ) ( كحل  كحلا  دهن  دهنا)

Dalil Tahlil Hari ke 3, 7, 25, 40, Setahun dan Hari Keseribu Di Kerjakan oleh Umar dan Ulama-Ulama Salaf

Inilah Dalil tahlilan Jumlah Hari 3, 7, 25, 40, 100, (setahun) dan 1000 hari, dari kitab Ulama Ahlusunnah Wal Jama’ah ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓﻨﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ ايام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨ Artinya : Rasulullah saw bersabda: “Doa dan sedekah itu hadiah kepada mayit.” Berakata Umar : “ sedekah setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan sedekah dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan sedekah tujuh hari akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.” Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz II Hal 198)