Langsung ke konten utama

Perbedaan Jamak dengan Isim Jamak dan Isim Jenis Jam'i

1. Jamak adalah kata yang menunjukan kepada sekumpulan uhad (satu-persatu afrad atau unit) yang penunjukannya sebagaimana ‘athaf  satu-persatu mufrad kepada mufrad sebelumnya.
Misalnya: ﺟﺎﺀ ﺭﺟﺎ ﻝ
Rijaalun adalah jamak dari rajulun, Jadi kata rajulun adalah mufradnya, Maka maknanya sama dengan dikatakan :
ﺟﺎﺀ ﺭﺟﻞ ﻭ ﺭﺟﻞ ﻭ ﺭﺟﻞ ﻭ ﺭﺟﻞ ﻭ ﺭﺟﻞ ...... ﺍﻟﺦ
Dhamir yang digunakan untuk menunjuki Kalimat tersebut haruslah dhamir jamak, namun adakalanya Jamak Taksir berada pada Manzilah Taknis (taknis mufrad) seperti jamak taksir dari benda mati ataupun Isim Maknawi (ma’qul/ghairu mahsus). Tiada pula disifatkan kecuali dengan kata sifat berbentuk Jamak, dan tidak boleh dijadikan sebagai Tamyiz berdasarkan atas pendapat Shahih.
Jamak pada memiliki bentuk atau wazan yang ma’ruf, serta memiliki mufrad dari sagi lafaz maupun makna. Namun adapula yang tidak memiliki mufrad namun berada dalam wazan jamak, misalnya wazan sighat muntahal jumu’.
Jamak terbagi Tiga macam :
Jamak Taksir
Jamak Taksir Qillah
Jamak Taksir Katsrah
Jamak Muzakkar Salim
Jamak Muannas Salim.

2. Isim jama’ adalah juga menunjukan kepada sekumpulan uhad (afrad) dengan i’tibar kimmiyyah tetapi tanpa i’tibar ‘athaf mufrad-mufradnya.
Misalnya : Qaumun, kata ini juga menunjukan kepada banyak, namun tidak sebagaimana contoh jama’ di atas dengan cara athaf mufrad-mufradnya namun hanya dengan i’tibar bilangan atau jumlah (kimmiyah), artinya kata-kata yang menjadi isim jamak ini secara langsung menunjukan kepada banyak. Maka pada contoh qaumun tidak dikatakan maknanya adalah :
ﺟﺎﺀ ﻗﻮﻡ ﻭﻗﻮﻡ ﻭﻗﻮﻡ ﻗﻮﻡ ﻭﻗﻮﻡ ﻗﻮﻡ ﻭﻗﻮﻡ ..... ﺍﻟﺦ
Isim jamak ini memiliki beberapa macam tipe :
1. Ada yang mempunyai mufrad dari segi lafaznya saja, namun berbeda dari segi makna seperti
ﺻﺤﺐ yang berarti “Shahabat” sedang mufrad dari segi lafaznya adalah ﺻﺎﺣﺐ yang berarti (yang mempunyai).
2. Isim Jamak yang memiliki mufrad dari segi makna saja,  Seperti Qaum sedangkan mufradnya dari segi makna adalah Qabilah.
3. Isim Jamak yang memiliki mufrad dari segi lafaz dan makna namun tidak memiliki wazan jamak yang baku.
Isim Jamak dikhabar dan disifatkan dengan kalimat mufrad, sah ‘athaf misal kepadanya, dan sah pula dijadikan tamyiz.

3. Isim Jenis Jam’i, yaitu lafaz menunjukan kepada banyak uhad (satu persatu mufrad) juga, namun dengan i’tibar ithlaq mahiyah (mafhum maknanya), tanpa memandang kepada afrad-afradnya, tanpa I’tibar Kimmiyyah (jumlah), tanpa I’tibar ta’athuf (‘athaf antar fard-nya), dan tanpa I’tibar Kimmiyah yang disertai Ta’athuf secara sekaligus, namun sah mengatakan sedikit atau banyak padanya. Ketika isim jins jam’i ini dinafikan maka ikut ternafi mufradnya. Sah dijadikan sebagai Tamyiz, patut pula disifat dan dikhabar dengan isim sifat yang mufrad.

Isim jenis jam’i terbagi menjadi beberapa macam :
1. Mufradnya memakai ta taknis tipe ini banyak diperdapatkan atau banyak penggunaan, Contoh :
ﻧﺨﻞ (banyak pohon kurma) mufradnya ﻧﺨﻠﺔ
ﻛﻠﻢ (susunan dari tiga lafaz atau lebih) mufradnya ﻛﻠﻤﺔ (satu lafaz yang menunjuki makna)
Ibarat-ibarat tersebut hanya berdasarkan pada sama’iyyah, Isim jenis jam’i ini boleh tazkir maupun taknis.
2. Mufradnya tanpa ta taknis sedangkan Isim Jenis Jam’i berta Taknis  Model ini sedikit diperdapatkan, dan boleh ditazkirkan namun yang terlebih baik adalah dengan taknis.
3. Mufradnya menggunakan ya nisbah tipe ini juga banyak pemakaiannya,  Contoh :
ﻋﺮﺏ (banyak orang arab) mufradnya ﻋﺮﺑﻲ (satu orang arab)
Wallahu A’lam.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Masdar dengan Isim Masdar dan Isim Dzat

Masdar adalah lafadh yang menunjukan makna huduts ( peristiwa ) tanpa disertai zaman serta memuat huruf fi'ilnya secara lafdhan. contoh : 'Alima - 'Ilman,  Qaatala - Qitaalan ( ﻋﻠﻢ ﻋﻠﻤﺎ  ﻗﺎﺗﻞ ﻗﺘﺎﻻ ) Isim Masdar adalah lafadh yang menunjukan makna huduts tanpa disertai zaman namun tidak memuat semua huruf fi' ilnya bahkan kadang dikurangi baik secara lafdhi maupun taqdiri tanpa ada ganti. Contoh : Kallama - Kalaaman, Tawaddhaa - Wudhuan ( ﺗﻮﺿﺄ ﻭﺿﻮﺃ ﻛﻠّﻢ ﻛﻼﻣﺎ ) jika ada lafadh yang tidak mempunyai makna huduts tetapi memuat semua huruf fi'ilnya maka di namakan isim dzat. Contoh : Kahala - Kuhlan ( calak ), Dahana - Duhnan ( minyak ) ( كحل  كحلا  دهن  دهنا)

Dalil Tahlil Hari ke 3, 7, 25, 40, Setahun dan Hari Keseribu Di Kerjakan oleh Umar dan Ulama-Ulama Salaf

Inilah Dalil tahlilan Jumlah Hari 3, 7, 25, 40, 100, (setahun) dan 1000 hari, dari kitab Ulama Ahlusunnah Wal Jama’ah ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓﻨﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ ايام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨ Artinya : Rasulullah saw bersabda: “Doa dan sedekah itu hadiah kepada mayit.” Berakata Umar : “ sedekah setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan sedekah dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan sedekah tujuh hari akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.” Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz II Hal 198)